
Merger universitas atau penggabungan perguruan tinggi mulai menjadi perhatian karena adanya dorongan untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas institusi pendidikan tinggi, terutama di lingkungan perguruan tinggi swasta. Salah satu pemicunya adalah upaya pemerintah untuk mendorong efisiensi dan peningkatan mutu pendidikan tinggi, khususnya di lingkungan perguruan tinggi swasta (PTS).
Di balik kebijakan ini, muncul berbagai pertanyaan dari kalangan mahasiswa, dosen, hingga pengelola kampus. Apa saja dampaknya? Apakah merger perguruan tinggi swasta benar-benar membawa manfaat atau justru menimbulkan masalah baru?
Alasan Merger Universitas Makin Sering Terjadi
Ketidakseimbangan Jumlah Mahasiswa dan Daya Saing
Banyak perguruan tinggi swasta mengalami penurunan jumlah mahasiswa secara signifikan. Kampus-kampus kecil yang dulunya ramai kini harus bersaing keras untuk menarik calon mahasiswa baru. Akibatnya, daya saing antar perguruan tinggi menjadi tidak sehat dan menyebabkan sebagian kampus tidak bisa bertahan sendiri. Merger universitas menjadi salah satu solusi agar beberapa institusi bisa bertahan dengan menggabungkan sumber daya.
Efisiensi Operasional dan Pendanaan
Dengan menggabungkan beberapa institusi, biaya operasional bisa ditekan. Daripada masing-masing kampus memiliki struktur manajemen sendiri, penggabungan memungkinkan efisiensi pada aspek administrasi, keuangan, dan pengelolaan sumber daya manusia. Ini juga menjawab kebutuhan banyak kampus swasta yang kesulitan dalam pendanaan operasional akibat keterbatasan pemasukan.
Tekanan Regulasi dan Akreditasi
Kebijakan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi juga menjadi pendorong kuat. Beberapa PTS yang dinilai belum memenuhi standar kualitas pendidikan, akreditasi program studi, atau infrastruktur diwajibkan bertransformasi. Salah satu cara yang dianggap strategis adalah melalui merger perguruan tinggi swasta yang bisa memperbaiki skor akreditasi secara kolektif.
Dampak Positif Merger Universitas
Peningkatan Kualitas Akademik
Setelah penggabungan, sumber daya seperti dosen, laboratorium, dan fasilitas kampus bisa dikonsolidasikan. Ini memungkinkan peningkatan kualitas akademik karena mahasiswa akan mendapatkan akses ke fasilitas dan pengajar yang lebih kompeten. Beberapa program studi yang tadinya kurang peminat juga bisa diperkuat atau disatukan dengan program sejenis di kampus lain.
Penguatan Branding Institusi
Dengan nama baru dan skala institusi yang lebih besar, hasil merger universitas berpeluang meningkatkan reputasi. Kampus gabungan cenderung lebih mudah membangun branding karena memiliki cakupan lebih luas dan daya tarik yang meningkat, baik dari segi jumlah mahasiswa, tenaga pendidik, maupun jejaring industri.
Kesempatan Kolaborasi yang Lebih Luas
Penggabungan membuka peluang kolaborasi antar fakultas dan program studi yang sebelumnya terpisah. Mahasiswa dari berbagai latar belakang institusi bisa saling berinteraksi, memperkaya pengalaman akademik dan sosial. Hal ini juga bisa memicu inovasi baru dalam proses pembelajaran hingga kegiatan riset bersama.
Dampak Negatif yang Perlu Diantisipasi
Adaptasi Sistem dan Budaya Organisasi
Salah satu tantangan terbesar dari merger perguruan tinggi swasta adalah perbedaan sistem dan budaya kerja antar kampus. Proses transisi tidak selalu berjalan mulus. Perbedaan visi, cara kerja, hingga struktur organisasi bisa menimbulkan konflik internal jika tidak diatur dengan strategi yang matang.
Kekhawatiran Mahasiswa terhadap Masa Depan Studi
Mahasiswa sering kali menjadi pihak yang paling terdampak secara langsung. Perubahan nama kampus, sistem administrasi, hingga kurikulum bisa menimbulkan kebingungan. Tidak jarang ada kekhawatiran terhadap status ijazah, pengakuan program studi, hingga hilangnya identitas almamater yang telah melekat.
Risiko Pemutusan Hubungan Kerja
Dalam rangka efisiensi, penggabungan lembaga pendidikan bisa memicu pengurangan tenaga kerja. Hal ini berdampak langsung pada dosen, tenaga kependidikan, dan staf administrasi. Jika tidak disertai kebijakan perlindungan yang jelas, merger justru bisa menimbulkan keresahan di lingkungan kerja kampus.
Penggabungan Perguruan Tinggi Swasta Butuh Strategi
Perencanaan yang Terstruktur
Merger universitas bukan hanya sekadar gabung nama. Diperlukan perencanaan menyeluruh yang mencakup aspek hukum, manajemen, keuangan, dan akademik. Tanpa perencanaan yang terstruktur, risiko kegagalan justru lebih besar dan bisa merugikan semua pihak.
Komunikasi Terbuka kepada Mahasiswa dan Dosen
Penting bagi institusi yang akan merger untuk membuka komunikasi yang jujur dan dua arah kepada seluruh sivitas akademika. Sosialisasi, forum diskusi, dan keterlibatan mahasiswa serta dosen dalam proses pengambilan keputusan akan membuat transisi berjalan lebih baik.
Pendampingan dari Pemerintah
Penggabungan perguruan tinggi swasta sebaiknya tidak dibiarkan berjalan sendiri. Pemerintah perlu hadir sebagai pendamping dalam proses konsolidasi agar kampus yang bergabung tetap memenuhi standar mutu pendidikan dan tidak kehilangan arah.
—
Merger universitas bisa menjadi peluang besar jika dilakukan dengan perencanaan dan pendekatan yang tepat. Alih-alih hanya sebagai solusi jangka pendek, penggabungan kampus bisa memperkuat ekosistem pendidikan tinggi nasional. Namun, semua itu hanya akan berhasil jika semua pihak dilibatkan secara adil dan transparan. Di tengah tantangan yang ada, ini adalah momentum untuk berbenah dan menciptakan pendidikan tinggi yang lebih kuat dan relevan.
Solusi Sistem Informasi dan Akademik Kampus, Pakai Eazy Campus.